Dear All,

Kami berkesempatan menghadiri acara yang diadakan oleh Komunitas Pemerhati Pasar Modal pada minggu lalu dengan narasumber antara lain: Bpk. Anton H. Gunawan (Chief Economist Bank Danamon Indonesia),  Bpk. Elvyn G. Massasya (Direktur Utama Jamsostek), Bpk. Arief Wana (Managing Partner – Ashmore Indonesia), Bpk. M. Alfatih, Cfte (Head of Technical Analyst Samuel Securities), dan Bpk. Edwin Sebayang, CSA (Head of Research MNC Securities).

Topik acara kali ini adalah: ‘THE  BIGGEST  IDEA TO PREPARE ENTERING THE NEW EQUILIBRIUM MARKET ‘ (How the central bank and financial services authorithy ensuring financial market anticipating our political year & US tapering on 2014)

Kami melihat beberapa hal yang menarik & dan penting yang dapat digunakan menjadi panduan investasi tahun 2014. Ada 4 hal yang menjadi fokus antara lain:

1. Nilai Tukar Rupiah – US Dollar

2. QE / Tapering Amerika

3. Neraca Perdagangan

4. Politik

 

Berikut adalah poin – poin pembahasan:

Mereka memperkirakan tahun 2014 perekonomian digolongkan ‘Cautiously Optimistic’. Peluang tumbuh tetap terbuka, tetapi banyak tantangan yang harus dihadapi.

1. Tapering hampir pasti terjadi. Langkah tapering akan diambil ketika perekonomian Amerika membaik. Salah satu indikatornya adalah jika tingkat pengangguran turun kebawah level 7%. saat ini berada di level 7.2%.

2. Rata – rata perekonomian negara maju akan membaik. Tidak ada yang salah dengan perbaikan ekonomi dunia bukan? Semua khawatir jika perekonomian membaik, QE dikurangi, ekonomi Indonesia akan kena hantaman. Hantaman yang terjadi saat ini adalah akibat hot money. Realisasi investasi langsung tetap meningkat mencapai rekor tertinggi sebesar USD 100 Miliar pada Q3 kemarin.

3. Apa efek positif langsung dari perbaikan ekonomi dunia? Ekspor Indonesia akan naik. Naiknya bukan karena kenaikan harga komoditas, tapi kenaikan secara volume. Bukan juga dari barang tambang semata, tapi dari ekspor barang dan jasa. Kenaikan secara volume jauh lebih sehat daripada secara harga semata bukan? Jika pada tahun 2013 pertumbuhan ekspor kita negatif, diperkirakan pada tahun 2014 akan positif. Thanks to the ‘getting-better’ world economy:)

4. Dengan perbaikan di sisi ekspor dan penurunan impor, diperkirakan current account deficit yang diperkirakan sebesar -3.5% pada tahun ini akan menurun menjadi -2.9%. Sektor non migas masih positif dan akan diperkirakan tetap positif. Yang menjadi penyumbang defisit adalah dari sektor migas dimana sudah negatif sejak tahun 2011. Jadi, subsidi BBM lah yang menjadi faktor utama terjadinya defisit.

5. Perbaikan di sisi neraca di atas akan memberikan sentimen positif terhadap nilai tukar Rupiah yang diperkirakan akan berada di kisaran 10858 pada tahun 2014. Secara relative valuation, nilai wajar Rupiah saat ini adalah 11000. Tapi hal ini tidak memperhitungkan aspek psikologis. Jadi faktor psikologis (panik) lah yang membuat nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar mencapai level 12000.

6. Pemilu akan menjadi fokus politik di tahun 2014. Sudah merupakan hal umum dimana kegiatan Pemilu akan mendorong perekonomian. Sektor yang akan mendapat keuntungan antara lain: transportasi, restoran, perhotelan, media, dll. Secara rata – rata, Pemilu menyumbang sekitar +0.2% GDP. Selama Pemilu berjalan baik, akan lebih banyak hal positif yang kita dapatkan.

7. Tapering tidaklah semenakutkan yang dibayangkan. Tapering menandakan perekonomian negara terbesar di dunia mengalami perbaikan yang berarti.

8. Inflasi akan kembali ke pola normal di kisaran 4.5% – 4.9% karena relatif sudah tidak ada lagi kenaikan harga dari elemen BBM, TDL, ataupun akibat pelemahan rupiah.

 

Pendapat kami:

1. Jika perekonomian global membaik, tentu akan membawa dampak positif terhadap perekonomian Indonesia. Jika bagus, kenapa pasar modal kita mengalami penurunan? Karena dalam beberapa tahun terakhir kenaikannya lebih didorong oleh banjirnya likuiditas akibat kebijakan QE. Jadi, sekarang adalah titik yang sudah mendekati normal tanpa adanya QE. Mendekati? Ya, mungkin belum mencapai level normal, tapi setidaknya sudah mendekati.

2. Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar secara valuasi sudah melampaui nilai wajar di 11000. Saat ini faktor psikologis yang lebih berperan. Jika pemerintah dapat mengambil langkah – langkah tepat yang akhirnya dapat meningkatkan confidence pasar. maka nilai Rupiah relatif akan kembali ke nilai wajarnya. Goncangan akibat faktor psikologis tidak boleh dianggap remeh karena penyebabnya ‘tidak nyata’ tetapi mengakibatkan hasil yang ‘sangat nyata’. Jangan sampai karena faktor psikologis, beberapa perusahaan gulung tikar.

3. Selama Pemilu berjalan lancar, efeknya lebih banyak positif daripada negatif. Semoga Indonesia menemukan figur pemimpin yang bisa memajukan bangsa secara menyeluruh.

 

Kesimpulan:

Kondisi ekonomi kita sedang mencari ‘The new normal‘. Dan saat ini semakin mendekati level normal: Normal tanpa adanya banjir likuiditas (QE), normal tanpa adanya bubble di harga komoditas, normal dengan kondisi tingginya konsumsi kelas menengah yang mengakibatkan tingginya impor, dan kondisi normal dimana pemerintah pada kenyataannya belum bisa mengimbangi ekspor terhadap impor secara nasional. Proses pencarian titik normal / ekuilibrium baru ini lah yang mengakibatkan goncangan yang salah satunya tercermin dari melemahnya Rupiah. Tetapi sekali lagi, ini adalah proses menuju ‘The new normal’.

Jadi, ketika kebijakan tapering Amerika dijalankan / QE dikurangi, apakah pasar finansial kita akan kembali merosot? Belum tentu. Ingat, sektor finansial umumnya bergerak 3 – 6 bulan mendahului riil. IHSG sudah turun sejak Juni, artinya 6 bulan sebelum tahun 2014. Jadi dapat dikatakan sebagian besar hal negatif sudah tercermin di pasar saham, obligasi, nilai tukar, dll. Apakah ini sudah bottom? Jawaban paling tepat adalah ini sudah mendekatibottom. Selama tidak ada hal – hal baru dalam kebijakan yang diambil oleh Amerika, maka segala hal relatif sudah tercermin oleh harga pasar. Price discount everything.

Coba anda lihat, mengapa indeks Dow Jones naik terus tetapi IHSG turun terus? Apa yang dapat anda simpulkan? Terlihat bahwa banjir likuiditas akibat QE (salah satunya) telah berakhir dan keluar dari Indonesia & kembali ke Amerika. Setuju? Mengapa kembali? Karena ekonomi membaik dan QE kemungkinan akan dikurangi. Baik bagi Amerika? Ya. Baik juga bagi Indonesia? Secara money flow: tidak. Tetapi secara fundamental: Baik, karena hal ini menjadikan kita tahu dasar perekonomian sebenarnya. Dasar kolam menjadi kelihatan. Kondisi apa yang baik, kondisi apa yang kurang baik, aspek apa yang harus dibenahi, aspek apa yang harus dipertahankan semua terlihat jelas. Jadi. Indonesia sedang menuju “The new normal’. Menjadi normal bukanlah hal yang jelek. Menjadi abnormal-lah yang berbahaya.

Tahun 2014 akan menjadi tahun konsolidasi sebagai awalan baru pertumbuhan ekonomi Indonesia dan dunia. Jadi, manfaatkan peluang yang ada untuk menata kembali portfolio investasi anda. Selalu buat trading plan yangjelas dan disiplin. Ini bukan waktunya keluar dari pasar. Ini waktunya bersiap – siap untuk masuk kembali. Pastikan anda dapat memanfaatkan peluang dengan baik. Mengutip kata – kata Chairul Tanjung: “Jika terjadi krisis, pastikan anda lah orang yang mampu bertahan di titik terburuk sekalipun. Jika ternyata krisis tersebut tidak seburuk yang dibayangkan, berbahagia lah karena anda menjadi orang yang paling siap meraup keuntungan setelahnya”. Setuju?

Demikian kiranya hal – hal yang dapat kami sampaikan, semoga dapat memberi wawasan baru dan bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih